Gambar dari Bayu @ pixabay
Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,
Alhamdulillahi ladzi laa ilaha illallah wa asyhadu'anna Muhammadan 'abduhu wa rasuluhu aladzi laa nabiya ba'dahu. Allahumma inni audzubika min syururi anfusinaa wa min syai amalinaa man yahdillah falaa mudilalah wa man yudlil falaa hadiyalah. Allahumma shalli 'alaa Sayyidinaa Muhammadin wa 'alaa alihi wa ashabihi ajmain,amma ba'du ,
Berikut akan disampaikan salah satu cara berikhtiar dan salah satu do'a untuk mengobati kegundahan, yang kebetulan penulis dapatkan dari sesama penulis blog dan penulis buku yang sumber referensinya adalah Al-Hadist.
Gundah gulana adalah suatu hal yang merupakan ketetapan Allah swt yang berlaku bagi manusia, entah dari apa sebabnya, tapi yang jelas apabila manusia sedang gundah gulana segala macam usahanya bisa menjadi sia-sia, semua yang dikerjakannya bisa berantakan, maka dari itu barang siapa yang sedang mengalami gundah gulana maka hendaknya segera disembuhkan agar tidak terjadi hal-hal yang berkepanjangan dikemudian hari yang bisa membuat susah orang banyak (Labib,M.Z : 175). Kebetulan penulis pun di sini pernah mengalaminya, berikut sebuah do'a dan uraian penjelasan untuk dapat mengatasi dan mengobati kegundahan tersebut semoga bermanfaat khusus bagi pribadi penulis dan umumnya pembaca sekalian, amin ;
Ketenangan hidup di dunia adalah dambaan setiap orang. Akan tetapi betapa banyak manusia yang hidupnya penuh dengan kegelisahan, gundah gulana, kecemasan, ketakutan, adanya kebencian dengan orang lain, dan keadaan lainnya yang tidak diinginkannya.
Di antara hal terbesar untuk mendapatkan ketenangan hidup adalah ketika kita hidup di tengah-tengah manusia dalam keadaan dicintai Allah dan juga dicintai manusia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menunjukkan kepada kita suatu amalan yang akan mendatangkan kecintaan Allah dan juga kecintaan manusia kepada kita.
Dari Abul ‘Abbas Sahl bin Sa’d As-Sa’idiy radhiyallahu ‘anhu berkata,
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، دُلَّنِيْ عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِي اللهُ وَأَحَبَّنِي النَّاسُ، فَقَالَ: اِزْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللهُ، وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبَّكَ النَّاسُ
“Datang seseorang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu dia berkata, ‘Ya Rasulullah, tunjukkan kepadaku akan suatu amalan yang apabila aku mengerjakannya niscaya aku dicintai oleh Allah dan dicintai manusia?’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Zuhudlah terhadap dunia niscaya Allah mencintaimu dan zuhudlah terhadap apa-apa yang dimiliki oleh manusia niscaya manusia mencintaimu’.” (Shahih, HR. Ibnu Majah dan selainnya, lihat Shahiihul Jaami’ no.935 dan Ash-Shahiihah no.942).
Berkata Ibnul Qayyim, “Zuhud terhadap sesuatu di dalam bahasa Arab yang merupakan bahasa Islam- mengandung arti berpaling darinya dengan meremehkan dan merendahkan keadaannya karena sudah merasa cukup dengan sesuatu yang lebih baik darinya.”
Beliau juga berkata, “Saya mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, ‘Zuhud adalah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat di akhirat, adapun wara’ adalah meninggalkan apa-apa yang ditakuti akan bahayanya di akhirat’.”
Kemudian beliau mengomentarinya, “Ini adalah definisi yang paling baik terhadap makna zuhud dan wara’ dan yang paling mencakupnya.”
Perlu diketahui zuhud di sini tidak berarti menolak dunia secara keseluruhan dan meninggalkannya , sebagaimana pendapat Al-Hasan dan lainnya, “Tidaklah zuhud terhadap dunia itu dengan mengharamkan yang halal dan tidak pula dengan menyia-nyiakan dan membuang harta, akan tetapi hendaklah engkau lebih tsiqah (mempercayai) terhadap apa-apa yang ada di sisi Allah daripada apa-apa yang ada di sisimu, dan hendaklah engkau apabila ditimpa musibah- lebih mencintai pahala dari musibah tersebut daripada engkau tidak tertimpa musibah.”
"Kesimpulannya bahwasanya hakikat zuhud yang ada di dalam hati adalah dengan mengeluarkan kecintaan dan semangat terhadap dunia dari hati seorang hamba, sehingga jadilah dunia itu hanya di tangannya sedangkan kecintaan Allah dan negeri akhirat ada di dalam hatinya".
(Lihat Lengkapnya Dari Blog Abu Abdurrohman dalam page Zuhud dan Ketenangan Hidup).
Subhanallah penulis dapat uraian berharga di atas setelah berdo'a,
berikut do'a untuk mengatasi/mengobati kegundahan tersebut;
اللهمّ انا عبدك ابن عبدك ابن امتك فى قبضتك
ناصيتي بيدك ماض فى حكمك عدل فى قضاؤك
اسئلك بكلّ اسم هو لك سمّيت به نفسك او
انزلته فى كتابك او علمته احدا من خلقك او ستأثرت فى علم الغيب عندك ان تجعل
القران نور صدر و ربيع قلبى و جلاء حزنى و ذهاب همّى.
Allahumma ana 'abduka ibnu 'abdika ibnu amatika fii qabdhotika naashiyatii biyadika maadhin fii hukmuka 'adlun fii qadha'uka as'aluka bikulli ismin huwa laka sammaita bihi nafsaka au anjaltahu fii kitaabika au 'alamtahu ahadan min khalqika awis ta'tsarat fii 'ilmil ghaibi 'indaka an taj'alal Qur'ana nuura shadri wa rabii'a qalbii wa jalaa'a hujnii wa dzahaaba hammii.
"Wahai Allah, aku adalah hamba-Mu, anak dari hamba-Mu, anak dari budak-Mu, ubun-ubunku ditangan-Mu, berlaku hukum-Mu kepadaku, adil terhadap diriku segala ketetapan-Mu. Aku memohon kepada-Mu dengan segala nama yang Engkau telah menamakan diri-Mu dengannya dan Engkau telah menurunkannya dalam kitab-Mu atau Engkau telah mengajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu atau Engkau sendiri telah mengetahui dalam ilmu ghaib-Mu agar Engkau menjadikan Al-Qur'an yang besar menjadi petunjuk hatiku, cahaya dadaku, penghilang (pengobatan) kegundahanku, pengikis kegelisahan". (Labib, M.Z :175).
Demikian uraian mengenai ikhtiar dan do'a dalam mengobati kegundahan, mohon maaf apabila terdapat kesalahan, wallahu'alam, semoga bermanfaat, amin.
Daftar Pustaka :
-AbuAbdurrohmanManado.wordpress.com
-Labib,M.Z.TT. Bimbingan Do'a dan Dzikir Mujarob. Lintas Media. Jombang.
Comments
Post a Comment