Tatacara Berdoa
Gambar @ pixabay
بســـم الله الرّحمن الرّحيـــــم
Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,
Alhamdulillahi rabbil 'alamin, wa shalatu wa salamu 'ala sayyidina Muhammad shalallahu 'alaihi wa salam wa 'alaa alihi wa shahbihi wa salam, wa ba'du,
Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai tata cara berdo'a. Mengingat pentingnya berdo'a bagi kehidupan kita, alangkah baiknya kita mengetahui tata caranya. Mudah-mudahan apa yang akan disampaikan di sini bisa bermanfaat, khusus bagi pribadi penulis dan umumnya bagi pembaca sekalian.
الدعاء مخّ العبادة
Ad-Du’a>u
mukhkhul ‘iba>dati
Do’a itu
adalah sumsumnya ibadah (At- Tirmidzi 3371).
Orang
yang banyak berdo’a akan benar dan
khusyu ibadahnya, serta tidak akan berani melanggar aturan dan ajaran Allah swt,
sebab kehendak orang yang berdo’a ingin do’anya terkabul. Itu sebabnya akan sungguh-sungguh dalam do’anya juga dengan
diiringi amal perbuatan shaleh yang bisa do’anya cepat terkabul. Do’a itu
sumsumnya ibadah, kurang berdo’a ibadahnya hambar (Abdullah.1981: 5).
Dalam berdo’a harus punya keyakinan bahwa do’anya akan
dikabulkan oleh Allah swt. Sebab begitulah Allah swt
berjanji astajib lakum ‘Aku akan kabulkan’. Berikut sabda Rasulullah
saw :
أُدعُوا اللهَ و
أَنتُم مُوقِنُونَ بِالإجَابَةِ وَاعلَمُوا أنّ اللهَ لاَ يستَجِيبُ دُعَاءَ مِن
قَلبٍ غَافِلين لاهٍ
Ud’u> Alla>>ha wa antum muqi>nu>n bil
ija>bati wa ‘lamu> anna Allaha la> yastajibu du’a>u min qalbin
g}ha>fili>n la>hin
Berdo’alah kamu sekalian kepada Allah dan yakinlah kamu
bahwa akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengabulkan do’a
dari hati yang lalai lagi tertutup. (R. At-Tirmidzi dari Abu Hurairah 3479).
Do’a yang pasti dikabulkan :
ثَلاثُ دَعَوَاتِ يستَجَابُ لَهُنّ لاَ
شَكَّ فِهِنَّ, دَعوَةُ المَظلُومِ, وَ دَعوَةُ المُسَافِرِ, وَ دَعوَةُ الوَالِدِ
لِوَلِدِه
Tsa>latsu da>’watin yustaja>bu lahunna la>
sakka fihinna, da’watul madzlumi, wa da’watul musa>fir wa da’watul
wa>lidi liwaladihi
Tiga do’a yang pasti dikabulkan tanpa keraguan lagi ;
do’anya orang yang dianiaya, do’anya orang yang sedang bepergian, dan do’anya
seorang bapa kepada anaknya (R.Abu Daud 1536, Ibnu Majah 2/1270).
وَاللهُ يَاخُذُ
بِأيدِينَا إلَى مَا هُوَ خَيرٌ لِلإسلاَمِ وَ المُسلِمين
Wa Alla>hu yakhudzu bi aidi>na ila> ma> huwa
khairun lil Isla>mi wal muslimi>n.
Dan Allah akan mengambil (menerima do’anya), menolong,
dan mengokohkan orang yang terbaik bagi Islam dan kaum muslimin.
Do’a itu harus bersayap.
Berdo’a kepada Allah swt bukan sekedar permintaan dengan lisan saja, tapi harus
diberi sayap dengan amal perbuatan yang baik dan ibadah yang benar, agar
do’anya diterima oleh Allah swt.
إلَيهِ يَصعَدُ
الكَلِمَةُ الطَّيِّبُ وَالعَمَلُ الصّالِحُ يَرفَعُهُ
Ilaihi yas}’adul kalimatu at}-t}ayyibu wal ‘amalu
as}-s}a>lihu yarfa’uhu
Kepada Allah sampainya kalimat yang baik, dan amal shaleh
yang akan mengangkatnya (Q.S. Al-Fathir :10).
Adapun orang yang berdo’a tapi tetap berbuat maksiat,
apabila dikabulkan itu artinya istidra>j ‘penyungkun’
dari Allah swt.
إذَا رَأَيتَ اللهَ يعطِى العَبدَ مِنَ الدُّنيَا وَ هُوَ
مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيهِ فَإنَّما ذَلِكَ مِنهُ إِستِدراج
Idza> ra’aita Alla>ha yu’ti>l ‘abda minad dunya> wa huwa
muqi>mun ‘ala> ma’a>s}ihi fainnama> dza>lika minhu istidra>j
Apabila
kamu melihat Allah memberikan kepada seseorang keduniawian sedangkan orang
tersebut tetap berada dalam keadaan maksiat kepada Allah, maka sebenarnya itu
adalah istidra>j (penyungkun dari Allah). (R. Ahmad , Thabrani , dan
Baihaqie).
Beberapa waktu yang mustajab untuk berdo'a ; pada waktu bulan Ramadhan terutama di malam lailatul qadar, ketika wukuf di Arafah ketika menunaikan ibadah haji, pada waktu hari jum'at baik siang maupun malam harinya, pada waktu mendengar seruan adzan (diwaktu masuknya shalat), di waktu antara adzan dan iqamat ketika akan mengerjakan shalat, pada waktu setelah shalat fardhu, pada waktu mengaju dalam sebuah majlis dengan do'a bersama, dan pada waktu minum air zam zam (Labib, M.Z. TT : 23-24).
Do’a itu harus langsung dipanjatkan kepada Allah swt,
sebagaimana firman-Nya :
Wa qa>la
Rabbukum ud’uniy astajib lakum inna ladzi>na yastakbaru>na ‘an
‘iba>datiy sayadkhulu>na jahanama da>khiri>na
60. dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku[1] akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina”.
[1] Yang
dimaksud dengan menyembah-Ku di sini ialah berdoa kepada-Ku.
Dalam
keterangan lain disebutkan bahwa Allah swt benci kepada orang yang tidak
berdo’a kepada-Nya (Ibnu Majah 3627 dari Abu Hurairah).
Tata cara (adab) berdo'a ;
1. Mengawali do'anya dengan menyebut Nama Allah dan memuji kepada-Nya, serta tidak menyebut langsung tujuan kita memohon (Labib, M.Z. TT : 24).
Membaca Basmallah.
كُلُّ أَمر ِذِى بَالٍ لاَ يُبدَأُ فِيهِ بِبِسمِ اللهِ الرَّحمَنِ الرَّحِيـمِ أَقطَع
Kullu amrin dzi ba>lin la> yubdau fi>hi bi
bismillahirrahmanirrahi>m aqt}a’u
Tiap-tiap urusan yang tidak diawali di dalamnya dengan mengucap
Bismillahirrahmanirrahi>m (dengan menyebut nama Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang) itu terputus (dari berkah). (R. Abdul Qadir
Arrahwi ‘an Abi Hurairah- Jami’u As}-S}agi>r 2/153). (Abdullah.1981: 9).
2. Mengulang-ulang do'anya sebanyak tiga kali, tanpa merasa jemu atau bosan.
3. Mengangkat kedua tangan setinggi bahu, dengan suara lembut yakni tidak keras sebagai mana layaknya memanggil orang di tempat yang jauh.
Berdo’a
tidak boleh dengan suara keras. Supaya do’a terkabul,
dalam berdo’a harus tawadlu hormat jangan berteriak, hal ini sebagaimana sabda
Rasulullah saw :
يَايُهاَ النّاسُ إربَعُوا عَلىَ
أَنفُسِكمُ فَانّكُم لاَ تدعُونَ أصَمَّ وَلاَ غَعِبا إنَّهُ معَكُم إنَّهُ سميِعٌ
قريبٌ تَبَاركَ اسمهُ وَ تَعَالَى جَدُّهُ
Ya> ayyuhana>s irba’u ‘ala> anfusikum fainnakum
la> tad’u>na ashomma wala> gha>iban innahu ma’akum innahu
sami>’un qari>bun taba>raka ismuhu wata’a>la jadduhu
Hai manusia! Sayangilah diri mu sendiri, karea kamu tidak
berdo’a kepada yang tuli dan tidak ada , melainkan Dia bersamamu, mendengarmu,
dan dekat, Maha Mulia Nama-Nya dan luhur Keagungan-Nya. (R. Bukhari 2/168 ,
Muslim 1896).
4. Bertaubat sebelum berdo'a untuk membersihkan dosa-dosa yang pernah kita lakukan.
5. Hendaknya susunan kalimat do'anya tidak bersajak, cukup dengan susunan kata yang sederhana, tidak perlu dilagukan, karena itu dianjurkan memakai susunan kalimat do'a yang berasal dari Rasulullah saw, terutama do'a-do'a yang terdapat dalam Al-Qur'an.
6. Mengakhiri do'anya dengan bacaan shalawat, kemudian dilanjutkan dengan bacaan hamdallah.
Demikian ulasan singkat mengenai tata cara berdo'a,kurang lebihnya dari tulisan ini merupakan kealfaan dari penulis semata, semoga tulisan ini bermanfaat, wallahu 'alam bi shawab', wasalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Daftar Pustaka :
- Al-Qur’anul Karim
- Riwayat Hadist
- Abdullah, H.E. 1981. 75 Do’a-do’a Rasulullah. -. Bandung.
- Labib, M.Z. TT. Bimbingan Do'a & Dzikir Mujarab. Lintas Media. Jombang.
Comments
Post a Comment